Chart Live

I'jazul Qur'an



PENDAHULUAN
Salah satu objek penting lainya dalam kajian ‘ulumul Al Quran adalah perbincangan mengenai Mukjizat. Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al Quran, sempat menyeret para teolog klasik dalam perdebatan yang berkepanjangan, terutama antara teolog dari kalangan muktazilah dengan para teolog dari kalangan Ahllussunah mengenai konsep “shirfah” sebagaimana yang akan diterangkan lebih lanjut.
Dengan perantaraan mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rasul adalah utusanyayang mendapat dukungna dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk memainkan perananya dalam mengatasi kepandaian kaumnya, disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu diatas segala galanya.
Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam ilmu kedokteran, misalnya, tidak wajar dituntun dan diarahkan dengan mukjizat dalam ilmu tatabahasa. Begitu pula sebaliknya. Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukkan kepada suatu umat harus berkaitan dengna yang mereka ketahui, karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tujuanya adalah tuntunan dan pengarahan Allah itu bermakna. Disitulah, letak nilai mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi.
Setiap nabi yang diutus Allah selalu dibekali Mukjizat. Diantara fungsi mukjizat adalah meyakinkan manusia yang ragu dan tidak peprrcaya terhadap apa yang dibawa oleh nabi tersebut. Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyrakat dan dihadapi tiap tiap nabi.
Pada hakikatnya, setiap mukjizatbersifat menantang, baik secara tegas atau tidak. Oleh karena itu, tantangan tersebut harus dipahami dan dimengerti oleh orang orang yang ditantangnya. Oleh karena itu pula, jenis mukjizat yang diberikan kepada para nabi selalu disesuaikan dengna keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut.





1.1  I’jazul Quran
A.      Definisi
I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkankelamahan. Kelemahan meurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari  kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbuti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang dimaksud dengan Ijaz dalam pembicaraan ini ialah menampakkan kebenaran nabi dalam pengakuanya sebagai seorang rasul dengan menampakkan kelemahan orang arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Quran, dan kelemahan generasi generasi sesudah mereka. Dan mu’jizat (mukjizat) adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
Qur’an al Karim digunakan nabi untuk menantang orang orang arab teapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasadah dan balagah-nya. Hal ini tiada lain karena Qur’an adalah mukjizat.
Kata “mukjizat” diambil dari kata kerja “a’jaza-i ‘jaz” yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Ini sejalan dengan firman Allah;
8888888888888888888888888888888888888888888888888888
Artinya ;
“menggapa aku tidak mampu berbuat seperti burug gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini”. (Q.S. Al Maidah;31)
B.      Studi ilmu ilmu qur’an
Rasulullah telah meminta orang arab menandingi Qur’an dalam tiga tahap;
1.       Menantang mereka dengan seluruh Quran dalam uslub umum yang meliputi orang arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin, dengan tantangan yang mengalahkan kemampuan mereka secara padu melalui firman Nya;
“katakanlah; Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (al Isra;88)
2.       Menantang mereka dengna sepuluh surah saja dari Qur’an, dalam firma-Nya;
“ataukah mereka mengatakan; ‘muhammad telah membaut buat Quran itu”. Katakanlah (jika demikian), maka datangkanlah sepuluh surah yang dibuat buat yang menyamainya, dan panggillah orang orang yang benar,’ Jika mereka (yang akmu seru itu) tidak menerima seruanmu itu, ketauhilah, sesungguhnya Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah.” (Hus;13-14)
3.       Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an dalam firman-Nya;
“atau (patutkah) mereka mengatakan ‘muhammad membuat buatnya.’ Katakanlah; ‘(kalau benar yang kamu katakan itu), cobalah datangkanlah sebuah surah seumpamanya”. (Yunus;38). Tantangan ini diulang lagi dalam firman-Nya;
“dan jika kamu (tetap) dalam keadaan ragu tentang Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba akmi (Muhammad), maka buatlah satu surah (saja) yang semisal Qur’an itu dan ajaklah pepnolongmu selain Allah, jika kamu orang orang yang benar ”. (al Baqarah;23)

Dengarkanlah Qur’an juga merupakan hujjah yang pasti;
“dan jika sesorang diantara orang orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengarkan firman Allah.” (at Taubah;6). Aspek aspek mukjizatyang dikandungnya pun melebihi segala mukjizat kauniyah terdahulu dan tidak mebutuhkan semua itu;
“dan orang orang kafir mekah berkata; ‘mengapa tidak diturinkan mukjizat mukjizat dati tuhanya? ‘ Katakanlah; sesungguhnya mukjizat mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seseorang  pemberi peringatan yang nyata.’ Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasannya kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (Qur’an) sedang ia dibacakan kepada mereka?” (al Ankabut;50-51)
Kelemahan orang arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka memiliki faktor faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiribagi kelemahan bahasa arab dimasa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaanya.
Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa bangsa lain tetap berlaku disepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri misteri alam yang di singkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan perencanaanya. Dasn inilah apa yang dikemukakan secara global atau diisyaratkan oleh Qur’an. Dengan demikian, Qur’an tetap merupakan mukjizat bagi seluruh umat manusia.

1.2   Macam macam I’jazil Qur’an
Dalam menjelaskan macam macam i’jazil Qur’an ini para ulama berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, diantaranay yaitu;
1.       Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalamkitab Al-I’jazu Al-Adadi lil Qur’anil Karim, menerangkan bahwa I’jazil Qur’an itu ada 4 macam, sebagai berikut;


(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((


1.3 Segi segi kemukjizatan  Al Quran
a.        Gaya bahasa
Gaya bahasa al Quran banyak  membuat orang arab saat itu kagum dan terpesona.kehalusan ungkapan bahasanya banyak membuat manusia masuk islam. Bahkan, umar bin Khathab yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi nabi Muhammad SAW. Dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, ternyata masuk islam dan beriman kepada kerasulan Muhammad hanya karena mendengarkan petikan ayat ayat AL Quran. Susunan Al Quran tidak dapat disamai oleh karya sebaik apapun.
 Al Quran mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya, sehingga membuat kagum bukan saja orang orang mukmin, tetapi juga orang orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh tokoh kaum musyrik sering secara sembunyi sembunyi berupaya mendengarkan ayat ayat al Quran yang dibaca oleh kaum muslim, kaum muslimin disamping mengagumi keindahan bhahasa Al Quran, juga mengagumi kandungan serta meyakini bahwa ayat-ayat Al Quran adalah petunjuk kebahagian duni akhirat.
b.      Susunan kalimat
Kendatipun Al Quran, Hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi, uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa al Quran jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan dua yang lainya. Al Quran muncul dengan uslub yang begitu indah. Didalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan manusia.
Dalam Al Quar, misalnya, banyak alat yang mengandung tasybih (penyerupaan) yang disusun dalam bentuk yang sangat indah lagi mempesona , jauh lebioh indah dariapa yang dibuat oleh para penyair dan sastrawan. Dapat dilihat salah satu contoh dalam surat Al Qariah: 5, Allah berfirman:
9999999999999999999999999999999999999999
Artinya “dan gunung gunung adalah seperti bulu yang dihambur hamburkan”
Bulu yang dihambur hamburkan sebagai gambaran dari gunung gunung yang telah hancur lebur berserakan bagian bagiannya. Kadangkala Al Quran mengarah untuk menyatkan bahwa kedua unsur tasybih, yakni musyabbah (yang diserupakan) dan menyabbah bih (yang diserupakan denganya) itu mempunyai sifat indrawi yang sama.
Dalam tasybih paling tidak harus ada musyabah dan musyabbah bih. Kalau salah satu dan kedua unsur tersebut tidak ada atau dibuang, ia bukan lagi tasybih, tetapi isti’arah. Dalam Al Quran banyak didapati gaya bahasa berbentuk isti’arah. Salah satau contohnya ialah:
99999999999999999999999999999999999999999999
Artinya: “ia berkata, Ya tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi umban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada engkau, Ya Tuhanku” (Q.S, Maryam: 4).
c.       Hukum ilahi yang sempurna
Al Quran menjelaskan pokok pokok akidah, norma norma keutamaan, sopan santun, undang undang ekonomi politik, sosial dan kemasyarakatan, serta hukum hukum ibadah. Kalau pokok pokok ibadah wajib diperhatikan, akan diperoleh kenyataan bahwa islam telah memperluasnya dan menganekaragamkanya serta meramunya menjadi ibadah maliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah seperti berjuang dijalan Allah.
                Tentang akidah, Al Quran mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakni beriman kepada Allah yang maha agung; menyatakan adanya nabi dan rasul serta mempercayai semua kitab samawi.
                Dalam bidang undang undang, Al Quran telah menetapkan kaidah kaidah mengenai perdata, pidana politik, dan ekonomi. Mengenai hubungan internasional, Al Quran telah menetapkan dasar dasarnya yang paling sempurna dan adil, baik dalam keadaan damai atau perang.
d.      Ketelitian redaksinya
a.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya. Beberapa contoh, diantaranya:
1.       “Al hayat” (hidup) dan “al maut” (mati), masing masing sebanyak 145 kali;
2.       An naf (manfaat) dan “al madharah” (mudarat), masing masing sebanyak 50 kali
3.       AL har (panas) dan “al bard” (dingin), masing masing 4 kali;
4.       “Ash Shalihat” (kebajikan) dan “as sayyiat” (keburukan), masing masing 167 kali;
b.      Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna makna yang dikandungnaya.
1.       “Al-harts” dan “az-zira-ah” (membajak/bertani), masing masing 14 kali;
2.       “Al-Ushb” dan “adh-dhuru” (membanggakan diri/angkuh), masing masing 27 kali;
3.       “adh-Dhalum” dan “al-mawta” (orang sesat/mati jiwanya) masing masing 17 kali;
4.       “Al Quran”, “Al-wahyu” dan “Al-islam” (Al-Quran, wahyu, dan islam), masing masing 70 kali;
c.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan kepada akibatatnya
1.       “al-infaq” (infaq) dengan “ar-ridha” (kerelaan), masing masing 73 kali;
2.       “Al-bukhl” (kekikiran) dengan  “al-hasarah” (penyesalan), masing masing 12 kali;
3.       “al-kafirun” (oarang orang kafir) dengan  “an-nar/Al-ahraq” (neraka/pembakaran),masing masing 154 kali;
4.       “Az-zakah” (zakat/ penyucian) dengan “al-barakat” (kebajikan yang banyak), masing masing 32 kali;
d.      Disamping keseimbangan kesimbangan tersebut, ditemukakn juga keseimbangan khusus.
1.       Kata “Yawrn” (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali. Sebanyak hari hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjuk pada bentuk plural (“ayyam”). Jumlah keseluruhanya tigapuluh, sama dengna jumlah hari dalam satu bulan.
2.       Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini diulanginya sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah; 29, Surat Al-Isra’: 44, Surat Al-Mu’minun; 86, Surat Fushilat; 12.
3.       Kata kata yang menunjuk kepada utusan tuhan, baik rasul atau nabi atau “basyir“ (pembawa berita gembira) atau “nadzir” (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbangan dengan jumlah penyebutan nama nama nabi, rasul dan pembawa berita, yakni 518 kali.
e.      Berita tentang hal-hal gaib
Sebagian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Quran itu adalah berita berita gaibin firaun, yang mengejar ngejar Nabi Musa, diceritakan dalam surat Yunus; 92
999999999999999999999999999999999999999999
Artinya;
“maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang orang yang datang sesudahmu dan sesunguhnya kebanyakan dari amnusia lengah dari tanda tanda kekuasaan kami” (Q.S. Yunus; 92).
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan firaun tersebut akan diselamatkan tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorangpun mengetahui hal tersebut, karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun S.M. pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1898, ahli purbakala loret menemukan di lembah raja raja Luxor Mesir, satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Firaun yang bernama Muniftah dan yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. selain itu pada tanggal 8 juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah mesir untuk membuka pembalut pembalut firaun tersebut. Apa yang ditemukan adalah satu jasad utuh, seperti yang diberitakan oleh Al-quran melalui nabi yang ummy (tidak pandai membaca dan menulis).
Berita berita gaib yang terdapat pada wahyu Allah, yakni taurat, injil dan Al Quran, merupakan mukjizat. Berita gaib dalam wahyu Allah itu membuat manusia takjub karena akal manusia tidaksampai kepada hal hal tersebut. Salah satu mukjizat Al Quran adalah bahwa didalamnya banyak sekali terdapat ungkapan dan keterangan yang rahasianya baru terungkap oleh ilmu pengetahuan dan sejarah pada akhir abad ini, makna yang terkandung di dalamnya sama sekali tidak terbayangkan oleh pikiran orang yang hidup semasa Al Quran diturunkan.
Pada abad kelima dan keenam masehi, terdapat dua adikuasa, romawi yang beragama Kristen dan Persia yang menyembah api. Persaingan antara keduanya dalam merebut wilayah dan pengaruh amat keras. Sejarawan menginformasikan bahwa pada tahun 615 M terjadi peperangan antara kedua adikuasa itu yang berakhir dengan kekalahan romawi. Ketika itu, kaum musyrikin di mekah mengejek kaum muslim yang cenderung mengharapkan kemenangan romawi yang beragama samawi itu atas persia yang menyembah api. Kekesalan mereka akibat kekalahan tersebut bertambah dengan ejekan ini maka turunlah ayat diatas pada tahun kekalahan itu, menghibur kaum muslim dengan dua hal:
1.       Romawi akan menang atas persia pada tenggan waktu yang di istilahkan Al Quran dengan “bidh’sinin” dan yang diterjemahkan dengan beberapa tahun.
2.       Saat kemenangna tiba, kaum muslim akan bergembira, bukan saja dengan kemenangan Romawi, tetapi juga dengan kemenangan yang dianugerahkan Allah.
Ternyata, pemberitahuan itu benar. Karena sejarah menginformasikan bahwa tujuh tahun setelah kekalahan romawi, tepatnya pada tahun 622 M, terjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut, dan kali ini pemenagnya adalah Romawi.

1.4. perbedaan pendapat dikalangan para ulama
Para ulama telah berbeda pendapat  ketika menjelaskan aspek aspek kemukjizatan Al Quran. Perbedaan pendapat itu dapat dilihat pada uraian berikut:
A.      Menurut golongan sharfah
Sampai menjelang abad 3 H. I’jaz masih di pahami oleh para ulama sebagai keunikan Al Quran yang tidak dapat ditiru oleh siapapun. Namun berkat pengaruh Al Jahiz, seorang tokoh mu’tazilah terma itu di belakangan lebih.
Desfisikkan pada gaya retorika Al Quran. Pada perkemkbangan selanjutnya, seorang tokoh Mu’tazilah lainya, yakni Abu Ishaq An- Nashzham (w. 231 H). Dan tokoh syi’ah, yakni Al Murtadho, berpendapat bahwa kemukjizatan Al Quran itu di sebabkan adanya sharfah (pemalingan), yakni Allah sebagaimana di denifisikan An Nazhzam, telah memalingkan manusia untuk menantang Al Quran.dengan cara menciptakan kelemahan padanya sehingga tidak dapat mendatangkan sesuatu yang sama dengan AL Quran.
Pendapat seperti ini mendapat dukungan pula dari tokoh Mu’tazilah lainya seperti Hisaya Al Fuwaitu (w.218 H), Abbad bin
Sulaiman (w. Abad ke-3 .H). Abu Hasan ‘Ali bin ‘Isa Ar-Rummani, dan ibn Hazm Al Andalusi (dari golongan  Azh Zhahiri). Ibn Hazm lebih jauh berpendapat bahwa ketika berfirman, Allah memberi daya yang melemahkan manusia untuk menandingi Al Quran. Sementara itu, Ali Bin Isa Ar-Rummani melihat lebih jauh lagi, yakni bahwa Allah telah mengalihkan perhatian umat manusia sehingga mereka tidak mempunyai keinginan menyusun suatu karya untuk menandingi Al Quran. Membuat orang tidak tertarik melakukan rivalitas terhadap kitab suci ini merupakan sesuatu yang luar biasa.
Pendapat tokoh rokoh besar mu’tazilah itu tidak terlepas dari penghargaan mereka terhadap kemampuan akal manusia. Akan tetapi, pendapat diatas kemudian dikritik keras oleh ulama’ diluar mu’tazilah, dan juga dari sebagian ulama’ Mu’tazilah sendiri yang mellihat kemu’jizatan  Al Quran dari sudut informasi informasi ajaranya, ilustrasi, dan kebahasaanya.
Para ulama yang membantah  paham shafah menjelaskan bahwa paham ini telah menuduh tuhan menantang seseorang yang berbicara, tetapi lidah orang itu telah dahulu dipotong (dilemahkan) oleh-Nya. Padahal jika dirunut dari latar belakang teks teks tentang tahhadi (tantangan) Al Quran, jelaslah bahwa kaum kafir Quraisy saat itu merasa mampu mendatangkan kitab serupa Al Quran meskipun nyatanya tidak berdaya atau tidak berhasil. Pandangan sharfah ini, menurut mereka, menimplikasikan pandangna bahwa sebenarnya kemukjizatan Al Quran bukan karena esensi (dzat)-Nya, tetapi karena ada faktir lain, yakni pemalingan potensi manusia oleh tuhan . dengan kata lain, paham ini menjelaskan bahwa Al Quran bukan mu’jiz bi dzatihi, tetapi mu’jiz bi ghairi.
Secara rinci, Ar Zarkasyi mengemukakkan kelemahan argumantasi An Nashzam dan Ar Rumani diatas, sebagai berikut:
1.       Fiman Allah pada surat Al Isra’: 88, memperllihatkan kelemahan bangsa  arab menyusun karya besar yang sejajar dengan Al Quran. Kalau Allah melarang mereka, maka yang mu’jiz (melemahkan) itu bukanlah Al Quran, tetapi justru Allah Sendiri. Padahal ayat itu menantang mereka menyusun karya yang sejajar dengan Al Quran, bukan untuk menandingi kebesaran tuhan.
2.       Masyarakat arab saat itu mingkin saja mampu karya spesifik yang pembahasanya sama dengan Al Quran, tetapi mereka akan sangat mengalami kesukaran mennadingi isi dan ilustrasinya.
3.       Al Quran mengemukakan hal hal ghaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang dalam kehidupan dunia ini., disamping berita berita alam akhirat yang akan dialami umat manusia kelak. Segala yang dikemukakan Al Quran tersebut kemudian terbukti dalam perjalanan hidup manusia ini. Misalnya, Allah memberitakan dalam surat An Nur: 55, bahwa umat islam akan menjadi adi kuasa di dunia ini.
4.       Al Quran juga mengemukakan cerita cerita lama yang tidak terangkat dalam cerita cerita rakyat arab, seperti kisah Nabi Nuh, Nabi Luth, Nabi Musa dan Harun, serta kisah kisah nabi lain dan perlawanan masyarakatnyaterhadap dakwah mereka, dan akibat akibat perlawanan tersebut .
Beberap karakter inilah yang memperkuat alasan bahwa kemukjizatan Al Quran bukan terletak pada kekuasaan Allah, tetapi justru karena Al Quran sendiri yang mempunyai kekuatan sedemikian rupa, sehingga masyarakat arab tidak mampu menciptakan karya yang setara. Oleh sebab itu, pernyataan orang orang muktazilah yang menyetarakan Al Quran dengan buku Ad Durar dan At Talamiyah karya ibn Al Muqaffa’ adalah sangat keliru dan sesat. Kedua karya tersebut menurut Al Baqilani amat jauh dibandingkan dengan Al Quran dari segi isi, ilustrasi, dan pembahasanya.
B.      Menurut imam fakhruddin
Aspek kemukjizatan Al Quran terletak pada kefasihan, keunikan redaksi, dan kesempurnaanya dari segala bentuk cacat. Sementara itu, Az Zamlakani, aspek kemukjizatanya terletak pada penyusunan yang spesifik.
C.      Menurut Ibn ‘Athiyyah
Yang benar dan yang dianut oleh mayoritas ulama, diantaranya Al Haddaq,  aspek kemukjizatan Al Quran itu terletak pada runtutanya, makna maknanya yang dalam, dan kata katanya yang fasih. Hal tersebut tidak perlu diherankan karena Al Quran merupakan firman Allah, Dzat yang maha mengetahui. AL Quran sungguh diliputi oleh pengetahuan-Nya. Bila urutan urutan ayatnya dicermati, tampaklah keserasian antara satu ayat dengan ayat yang mengiringinya. Begitulah yang terjadi pada Al Quran mulai pembuka sampai penutupnya. Mengingat manusia diliputi oleh kebodohan dan kealpaan, tidak ada seorangpun dapat melakukan hal yang sama dengan Al Quran.

D.      Menurut sebagian Ulama
Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemukjizatan Al Quran adalah sesuatu yang terkandung didalam Al Quran itu sendiri, yaitu susunan yang tersendiri dan berbeda dengan bentuk puisi  orang arab maupun maupun bentuk prosanya, baik dalam bentuk permulaanya, suku kalimatnya maupun dalam pungtuasinya.
E.       Menurut sebagian ulama lain
Sebagian lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan itu terkandung dalam kata katanya yang jelas, redaksinya yang bernilai sastra, dan susunanya yang indah karena nilai sastra yang terkandung dalam Al Quran itu sangat tinggi dan tidak ada bandinganya.


KESIMPULAN
1.       Pengertian mukjizat
a.       “Mukjizat adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabianya yang ditangtangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu.”
b.      “Suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengna unsur tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi.”
2.        Unsur unsur yang terdapat pada mukjizat
a.       Hal atau peristiwa yang luar biasa
b.      Terjadi atau dipaparkan oleh seoarang yang mengaku nabi,
c.       Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
d.      Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.
3.       Macam macam mukjizat
a.       Gaya bahasa
b.      Susunan kalimat
c.       Hukum ilahi yang sempurna,
d.      Ketelitian redaksinya
e.      Berita tentang hal hal yang gaib,
f.        Isyarat isyarat ilmiah.
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa I’jazul Qur’an merupakan bagian terpenting dari Ulumul Quran, karena I’jazul Quran berfungsi sebagai kebenaran, bahwa Al Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad  Saw adalah murni dari Allah SWT, dan tidak ada unsur unsur apapun yang bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam Al Quran walau sayu ayat, sekalipun dia seorang pakar pujagga sastra dan ahli seni dalam bahasa arab, dan kita wajib mengimani dan tidak boleh mengingkari kemurnian Al Quran.





Daftat pustaka
Taufiq adnan Amal dan Samsul Rizal Pangabeaan, Tafsir Kontekstual Al Quran, Mizan, Bandung, 1989
TM Hasbi Ash-Shiddieqy, aejarah dan pengantar ilmu Al Quran, Bulan-Bintang, Jakarta, 1972
W. Montgomery Watt, Bell’s Introduction to the, Edinburgh University Press, 1991
Al-Muhammadi ‘Abd Al-‘Aziz Al-Hanawi, Dirasat Haul Al-I’jaz AL-Bayani fi Al Quran, dar Ath-Thaba’ah Al-Muhammadiyyah, Mesir, 1984
Badr Ad-Din Muhammad bin ‘Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran, jilid II, Isa Al Babi Al Halabi, 1957
Harun Nasution, et. Al., Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992


  



Maszanet.blogspot.com

No comments:

Post a Comment