- Pengertian akhlak
Secara etimologis (lughat) akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khulaq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[42] Prof. KH. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa meimbulkan pertimbangan pikiran terlebih dahulu[43].
Di samping istilah akhlak juga dikenal etika dan moral ketiga istilah ini sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap perbuatan manusia. perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan assunah, bagi etika standarnya adalah akal pikiran; dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.[44]
Definisi-definisi akhlak dapat dilihat pada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya
2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar
4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
5) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas semata karena Allah swt, bukan karena ingin mendapat pujian.[45]
Dalam pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah diamalkan seseorang, nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.[46] Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Larangan Tuhan berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalam Islam.[47]
Dalam persepktif pendidikan Islam, pendidikan akhlak al-karimah adalah faktor penting dalam pembinaan umat oleh karena itu, pembentukan akhlak al-karimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan pendidikan. Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan mencapai kesempurnaan akhlak merupakan tujuan pendidikan Islam.[48]
Firman Allah swt. dalam QS. (29): 45
Terjemahnya:
“… dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…”.[49]
Firman Allah swt. dalam QS. (3): 159
Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.[50]
Dari dua ayat di atas sangat jelas menekankan kita untuk menjadikan akhlak sebagai landasan segala tingkah laku yang berasal dari Al-Qur’an. Sebetulnya seluruh ajaran Al-Qur’an adalah akhlak.[51]
- Ruang Lingkup Akhlak
Secara rinci akhlak dalam Islam dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Akhlak manusia terhadap al-khaliq
2) Akhlak manusia terhadap dirinya sendiri
3) Akhlak manusia terhadap sesamanya
4) Akhlak manusia terhadap alam lingkungannya.[52]
Yunahar Ilyas membagi pembahasan akhlak dengan enam bagian, yaitu:
1) Akhlak terhadap Allah swt.
2) Akhlak terhadap Rasulullah saw.
3) Akhlak pribadi
4) Akhlak dalam keluarga
5) Akhlak bermasyarakat
6) Akhlak bernegara.[53]
Prinsip akhlak dalam Islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia dalam melakukan tindakan-tindakannya, ia mempunyai kehendak-kehendak dan tidka melakukan sesuatu. Ia harus bertanggung jawab atas semua dilakukannya dan harus menjaga perintah dan larangan akhlak. Tanggung jawab itu merupakan tanggung jawab pribadi muslim, begitupun dalam kehidupan sehari-hari harus selalu menampakkan sikap perbuatan berakhlak. Akan tetapi akhlak bukalah semata-mata hanya perbuatan akan tetapi lebih kepada gambaran jiwa yang tersembunyi.
- B. Garis-garis Besar Progaram Pengajaran (GBPP) Bidang Akhlak Aqidah Akhlak.
- 1. Pengertian Bidang Sutudi Aqidah Akhlak
Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.[54]
- 2. Fungsi Bidang Studi Aqidah Akhlak
Bidang sutudi aqidah akhlak berfungsi
- Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
- Pengembangan keimanan dan ketakawaan kepada Allah swt., serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin yang mulai ditanamkan dilingkungan keluarga.
- Penyesuaian mental dan peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui aqidah akhlak.
- Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
- Mencegah peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-sehari.
- Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak
- Penyaluran peserta didik untuk mendalami aqidah akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih penting.[55]
- 3. Tujuan Bidang Sutudi Aqidah Akhlak
Bidang situdi aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukkan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, serta berakhak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[56]
- 4. Ruang Lingkup Bidang Studi Aqidah Akhlak
Secara garis besar, mata pengajaran aqidah akhlak berisi materi pokok sebagai berikut:
- Hubungan manusia dengan akhlak
Hubungan vatikal antara manusia khaliqnya mencakup dari segi aqidah yang meliputi, iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikatnya, iman kepada kitab-kitabnya, iman kepada rasul-rasulnya, dan kepada qada’ dan qadarnya.
- Hubungan manusia dengan hamba
Materi yang dipelajari meliputi akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.
- Hubungan manusia dengan lingkungannya
Materi yang pelajari meliputi akhlak menusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang luas, maupun akhlak hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.[57]
- C. Pengertian Kepribadian Siswa.
Kepribadian berasal dari kata pribadi yang berarti keadaan manusia orang perorang atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak perorangan. Anton M. Meovono mengatakan kepribadian adalah:
Sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lainnya.[58]
Menurut Hortmann kepribadian adalah:
Susunan yang teriutegrasikan dari ciri-ciri umum seseorang individu sebaigaimana yang dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperlihatkannya kepada orang lain.[59]
Dari kedua defenisi diatas, Witherington menyimpulkan bahawa kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Manusia karena keturunannya mula-mula hanya merupakan individu dan berubah menjadi suatu pribadi setelah mendapat pengaruh lingkungan sosial hanya dengan cara belajar.
- Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja.
- Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pikiran orang lain dan pikiran tersebut ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang.
- Kepribadian tidak menytakan sesuatu yang bersifat statis seperti bentuk atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang.
- Kepribadian tidak berkembang secara fasif saja, tetapi setiap orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lngkungan sosial.
Cermin dari ciri-ciri kepribadian tersebut, pada dasarnya merupakan unsur yang terkandung dalam diri anak, yang akan dikembangkan melalui pendidikan, sehingga kepribadian anak menampilkan ciri-ciri khas seorang muslim.
Adapun istilah digunkan untuk menggambarkan tentang kepribadian anak menurut Jalaluddin adalah sebagai berikut:
- Mentality, yaitu situasi mental yang berhubungan dengan kegiatan mental atau intelektual.
- Personality, yaitu ciri seorang yang dengan adanya ciri tersebut menyebabkan ia dapat dibedakan dari orang lain, berdasarkan seluruh sikap yang ditampilkan.
- Individuality, yaitu sikap khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sikap yang berbeda dari orang lain.
- Identity, yaitu sikap kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya terhada sesuatu dari luar.[60]
Dari penjelasan istilah diatas, nampaknya bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang dijalani seseorang. Oleh karena itu, proses yang dialami tiap orang itu berbeda beda, maka kepribadian tiap-tiap individu pun berbeda.
Namun demikian, karena hidup ini mempunyai tujuan tertentu dan kepribadian sendiri-sendiri ternyata dapat dibentuk dalam hidup. Usaha yang sistematis dan berencana, manusia dapat mengupayakan terbentuknya kepribadian yang diharapkan sebagaimana dalam tap MPR No. II tahun 1983, mengatakan bahwa:
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembagunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.[61]
Analisis secara filosifis mengatakan bahwa hakekat kodrat martabat manusia memiliki potensi esensial sebagai berikut:
- Manusia sebagai mahluk pribadi (Individual being)
- Manusia sebagai mahluk sosial (Sosial being)
- Manusia sebagai mahluk susila (Moral being)
- Manusia sebagai mahluk bertuhan.[62]
Perkembangan atau aktualisasi dari potensi esensial manusia secara kesatuan integral akan menentukan kualitas kepribadian seseorang.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka kepribadian dapat dirumuskan sebagai penampilan ciri khas manusia didalam sikap lahiriah dan sikap mental yang dimiliki. Manusia berupaya untuk mempertahankan keberadaan pribadinya masing- masing sebagai jati diri setiap individu. Upaya tersebut akan lebih efektif apabila dilakukan melalui bimbingan dan pengarahan. Pembentukan kepribadian melalui proses yang cukup panjang, yaitu sepanjang kehidupan manusia itu sendiri.
Dari beberapa defenisi atau penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa kepribadian adalah unsur kejiwaan atau psikis serta moral yang tampil dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati secara lahiriah dalam pergaulan bersama. Pribadi bersifat unik ; artinya kepribadian seseorang sifatnya khas dan mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan individu yang satu dengan yang lainnya.
D. Aspek- aspek kepribadian siswa.
Pembentukan kepribadian itu bukan suatu hal yang sekali jadi, melainkan berlangsung secara berangsur-angsur dan mangalami proses perkembangan secara sistematis. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses, dan akhir dari perkembangan itu berlangsung secara baik pula atau dengan kata lain kepribadian yang harmonis.
Kepribadian itu disebut harmonis kalau segala aspek-aspek kejiwaan seimbang dengan tenaga yang bekerja seimbang pula sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana firman Allah swt, QS. Al-Baqarah (2):143.
Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.[63]
Adapun aspek-aspek kepribadian yang di maksud oleh Ahmad D. Marimba adalah:
- Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya cara berbuat dan berbicara.
- Begitu pula aspek kejiwaan yang meliputi aspek-aspek yang tidak mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalanya caa-acara berpikir, sikap dan minat.
- Disisi lain aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak, seperti filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang menjadikan bagian pribadi yang mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan individu seseorang. Bagi orang-orang yang beragama, aspek tersebut yang menuntutnya kearah kebahagian, bukan saja didunia tetapi juga di akhirat. Dan aspek-aspek inilah yang memberi kualitas kepribadian manusia secara keseluruhannya.[64]
Ketiga aspek kepribadian tersebut yang akan dibentuk melalui pendidikan. Sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian adalah keutuhan jiwa dan mental yang memili akhlak mulia.
Menurut Abdullah al-Darraz, yang di kutip oleh Jalaluddin, mengemukakan bahwa:
Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai pengisi nilai-nilai keIslaman. Dengan adanya cerminan nilai-nilai yang dimaksud dalam sikap dan perilaku seseorang maka tampillah kepribadian sebagai muslim.[65]
Dalam ajaran Islam tentang wujud pribadi muslim, serta aspek-aspek yang harus dikembangkan adalah identik dengan aspek pribadi manusia seutuhnya, seperti cermin dalam rumusan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, usaha untuk membentuk kepribadian muslim searah dengan usaha-usaha pembentukan pribadi manusia Indonesia seutuhnya melalui jalur pendidikan yang diproses secara Formal lewat pendidikan maupun non Formal.
Adapun aspek-aspek pokok yang memberi corak khusus bagi seorang muslim menurut ajaran Islam yaitu:
- Adanya wahyu Tuhan yang membebani kewajiban pokok setiap individu yang harus dilakukan seorang muslim. Kewajiban tersebut mencakup seluruh aspek hidupnya, baik yang menyangkut kewajiban terhadap Tuhan maupun terhadap manusia lain terlebih pada masyarakat.
- Praktek ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti.
- Konsepsi Al-Qur’an tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang dibawah perlindungan Tuhan.[66]
Dalam psikologi pendidikan di jelaskan bahawa aspek-aspek kepribadian adalah sebagai berikut:
- Intelegensi, yaitu termasuk didalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecakapan berpikir dan kemampuan mengambil kesimpulan.
- Kesehatan, yaitu kesehatan jasmani dan rohani.
- Keterampilan, yaitu merupakan cara orang bereaksi terhadap situasi tertentu.
- Nilai-nilai, yaitu pandangan dan keyakinan kita terhadap adat istiadat, etika, kepercayaan.
- Peranan, yaitu kedudukan atau posisi seseorang didalam masyarakat di mana ia hidup termasuk tempat dan jabatan.[67]
Dari aspek-aspek di atas yang akan dibentuk melalui jalur pendidikan baik secara formal maupun non formal. Semua aspek-aspek tersebut turut menentukan kepribadian seseorang.
- E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian Siswa.
Untuk mengembangkan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia dilengkapi potensi yang perlu dikembangkan. Potensi tersebut berfungsi secara maksimal bila dikembangkan melalui intuisi, sosial, sosial yang ada. Usaha untuk mengembangkan potensi fitriyah tersebut dapat dilakukan melalui dua jalur, jalur pendidikan formal dan jalur nonformal, semuanya dapat berperan dalam proses pembentukan selanjutnya.
Dalam psikologi dinyakatan bahwa pada faktor yang mempunyai terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak yaitu:
- Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak yakni; keturunan dan pembawaan.
- Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak yakni; pengalaman dan lingkungannya.[68]
Hal tersebut dikemukakan oleh aliran konvergensi bahwa: dalam perkembangan anak menjadi manusia menjadi dewasa sama sekali ditentukan oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan kedua fakror inilah yang membentuk kepribadian anak.[69]
Senada dengan di atas F.G. Robbius mengemukakan bahwa kepribadian itu banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
- Faktor dasar
- Faktor lingkungan
- Perbedaan individual
- Lingkungan dan
- Motivasi[70]
Menurut Sertain Lingkungan itu dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:
- Lingkungan alam, yaitu segala sesuatu yang ada di alam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, air, iklan, hewan dan tumbuh-tumbuhan/
- Lingkungan dalam, yaitu segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar. Akan tetapi makanan yang sudah didalam perut itu sudah (sedang) dalam percernaan.
- Lingkungan sosial, yaitu semua orang yang mempengaruhi kita.[71]
Pengaruh lingkungan sosial yang ada kita terima secara langsung dan ada yang tidak secara langsung, pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga dan tekanan. Yang tidak langsung seperti melaui surat radio, televisi, buku majalah dan surat kabar.
Ki Hajar Dewantara pengemukakan bahwa lingkungan sosial meliputi tiga bagian yaitu:
- Lingkungan kelurga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat[72]
Dengan demikian, ketiga unsur tersebut bertanggung jawab dalam pembentukan kepribadian anak dalam upaya pengembangannya. Pada kematangan kemampuan intelektualnya, sikap mental, keterampilan, dn pertumbuhan jasmani dan rohaninya. Untuk mendapatkan suatu bentuk yang ideal dalam pelaksanaan masing-masing tanggung jawabnya, ketiga unsur ini harus terjalin kerja sama yang baik intergralistik sehingga dapat membawa dan menjadikan anak didik sebagai seorang yang dapat diharapkan di tengah-tengah kelurga, sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam pembentukan kepribadian anak, sehingga dapat dinyakan bahwa sikap dan sifat serta watak anak yang beriteraksi antara pembawaan dan lingkungan.
[1]Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir (Yogyakarta: PP. Al-Munawwir Krapyak, 1984), h. 1023.
[2]Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia (Cet. VIII; Yogyakarta: Multikarya Grafika, 2003), h. 1305.
[3]Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam (Makassar: Yayasan Fatiya, 2002), h. 113.
[4]Zainal Arifin Dzamaris, Islam Aqidah dan Syari’ah (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 19.
[5]Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Cet. VIII; Yogyakarta: LPPI, 2004), h. 1.
[6]Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 199.
[7]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, 1971), h. 1118.
[8]Syekh Mahmud Syaltut, Akidah dan Syari’ah Islam (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 3-4
[9]Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam (Cet. II; Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998), h. 103.
[10]Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 202.
[11]Departemen Agama RI, op.cit., h. 40
[12]M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi (Cet. II; Jakarta: Lentera Hati, 1999), h. xxiv
[13]Ibid., h. xxxvii
[14]M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Cet. VII; Bandung: Mizan, 1998), h. 15.
[15]Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 550.
[16]T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., h. 196.
[17]Departemen Agama RI, op.cit., h. 777
[18]Ibid., h. 498
[19]Yunahar Ilyas, op.cit., h. 83-88.
[20]T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., h. 196.
[21]Ibid.
[22]Departemen Agama RI, op.cit., h. 564.
[23]Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 217.
[24]Departemen Agama RI, op.cit., h. 437.
[25]M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Cet. XVIII; Bandung: Mizan, 2004), h. 21.
[26]Departemen Agama RI, op.cit., h. 391.
[27]M. Quraish Shihab, ‘Membumikan …’, op.cit., h. 59-60.
[28]Harun Yahya, Memilih Al-Qur’an sebagai Pembimbing (Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 2004), h. 4.
[29]Ibid., h. 3
[30]Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 221.
[31]Departemen Agama RI, op.cit., h. 674.
[32]Ibid., h. 133
[33]T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., h. 334.
[34]Ibid., h. 335
[35]M. Quraish Shihab, ‘Wawasan Al-Qur’an’, op.cit., h. 85
[36]Departemen Agama RI, op.cit., h. 447.
[37]Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 229.
[38]T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., h. 293.
[39]Yunahar Ilyas, op.cit., h. 177.
[40]Departemen Agama RI, op.cit., h. 392.
[41]Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 233.
[42]Yunahar Ilyas, Kuliah Ibadah dalam al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam (Cet. XXVIII; Beirut: Dar al-Masyriq, 1989), h. 164
[43]Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 13-14
[44]Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 9
[45]Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Cet. IV; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 5-7
[46]Harun Nasution, Islam Rasional (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1996), h. 60
[47]Ibid.
[48]Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan al-Ghazali (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 44
[49]Departemen Agama, op.cit., h. 635
[50]Ibid., h. 103.
[51]Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih (Cet. III; Bandung: Muthahari Press, 2003), h. 139.
[52]Achmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan (Cet. I; Yogyakarta: Aditya Media, 1992), h. 83.
[53]Yunahar Ilyas, Kuliah Ibadah (Cet. VIII; Yogyakarta: LPPI, 2005), h. 6
[54] Departemen Agama, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasaha Tsnawiyah Mata Pelajaran Aqidaj Akhlak. (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1993), h. 1
[55] Kompetensi., op. cit, h. 22
[56] Ibid, h. 22
[57] Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, op. cit, h. 2
[58] Jamaluddin, Teologi Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: PT. Radjagrafindo Persada, 2001), h. 171
[59] Ramayulis, Psikologi Agama, Cet. I; Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 105
[60] Jamaluddin, op.cit., h. 161
[61] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2001), h. 28
[62] Zuhairih, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 187
[63] Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 26
[64] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Pendidikan, (Cet. I; Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1989
[65] Jalaluddin, op.cit., h. 179
[66] Zuhairih, dkk., Filsafat Pendidikan, (Cet. V; Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1990), h. 157
[67] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Cet. V; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), h. 157
[68] Tadjab, M.A, Ilmu Jiwa Pendidikan (Cet. I; Surabaya: Karya Abditama, 1994), h. 20
[69] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 36
[70] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 158
[71] M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 28
[72] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 47
Maszanet.blogspot.com
No comments:
Post a Comment