Chart Live

Pendidikan Karakter di Tengah Problem Karakter


PDF Cetak E-mail
Pendidikan pada hakekatnya adalah membangun karakter yang luhur dan atau mulia.   Sementara itu  bahwa mendidik anak agar berkarakter, di mana dan kapan saja  tidak mudah,  dan lebih-lebih  manakala berada di masyarakat yang sedang menderita problim karakter. Pendidikan selalu melibatkan berbagi unsur, yaitu sekolah, keluarga,  dan masyarakat.  Anak-anak di lingkungan sekolah diberikan pendidikan sebaik-baiknya, akan tetapi manakala di keluarga dan masyarakat  terbangun  nilai-nilai yang  bertolak belakang dari pendidikan di sekolah, maka usaha itu tidak akan menghasilkan apa-apa.
 
Pengaruh lingkungan dalam pendidikan luar biasa besarnya. Mendidik anak-anak nelayan agar mereka memiliki sikap dan nilai yang sesuai dengan kehidupan nelayan akan mudah. Berbeda dengan itu adalah mendidik anak agar berkarakter petani di tengah-tengah masyarakat nelayan akan mengalami kesulitan. Hal serupa adalah  mengajar Bahasa Asing  di tengah-tengah masyarakat yang sehari-hari tidak menggunakan  bahasa asing akan sulit berhasil. Pelajaran Bahasa Inggris di  banyak sekolah dan bahkan di perguruan tinggi tidak sepenuhnya berhasil oleh karena masyarakatnya tidak menggunakan  bahasa Inggris..
 
Mendidik agar anak-anak mengembangkan sifat toleran, kesetiakawanan, menghargai orang lain   di tengah-tengah masyarakat yang suka konflik, saling menjatuhkan, bidik membidik, ancam mengancam dan seterusnya,  tentu akan sangat sulit.  Begitu pula, yang dialami oleh para pendidik pada saat ini,   adalah sangat sulit  memberikan pendidikan anti korupsi  kepada para  siswanya di tengah-tengah masyarakat  yang  sehari-hari terdengar melakukan korupsi.  Menjelaskan  tentang   buruknya perilaku korup  di tengah-tengah masyarakat  yang diwarnai oleh suasana korup adalah tidah mudah.
 
Masih terkait dengan  sulitnya  pendidikan karakter, yaitu misalnya agar para siswa berperilaku jujur dan atau tidak berbohong sementara di sekolah sendiri   sehari-hari ketidak-jujuran itu dilakukan secara terang-terangan. Pada saat ujian nasional, ------- siapapun tahu, bahwa para guru ditengarai tidak mampu berbuat jujur, sehingga tidak sepenuhnya dipercaya.  Akhirnya  hanya sekedar  pengawas ujian harus  mendatangkan tenaga dari perguruan tinggi.  Kehadiran tenaga  dari perguruan tinggi yang hanya  sekedar  menjadi pengawas ujian,   akan diketahui oleh para siswa bahwa guru-gurunya sudah tidak bisa dipercayaya. Mungkin akibat  lebih jauh, anak-anak juga menjadi tahu bahwa  jabatan sebagai guru boleh  dilqkukqn oleh  orang yang  tidak bisa dipercaya.
 
Kehadiran para pengawas dari perguruan tinggi ternyata juga tidak sepenuhnya berhasil menjadikan ujian dilaksanakan secara jujur. Dalam pelaksanaan ujian masih banyak terdengar adanya penyimpangan, baik yang dilakukan oleh kepala  sekolah, guru, maupun oleh para siswa sendiri. Saya ketika kebetulan ikut memantau pelaksanaan ujian nasional mendapati kunci-kunci jawaban yang dimiliki oleh para siswa yang disimpan di HP  masing-masing. Apakah kunci jawaban itu benar  atau sebaliknya, yaitu  palsu,  adalah  menggambarkan  bahwa dalam  pelaksanaan ujian itu diwarnai oleh suasana yang tidak sehat, yaitu saling tidak percaya dan bahkan seorang guru yang seharusnya menyandang  pribadi yang bisa dipercaya ternyata masih diragukan kejujurannya.
 
Menjadikan para siswa dalam posisi kurang dipercaya rupanya belum dianggap sebagai suatu  yang keliru. Maka,  agar ujian nasional yang  soalnya berbentuk pilihan ganda itu akan dibuat hingga 20 jenis. Bermacam  jenis soal itu harus dibuat untuk menghindari  agar para siswa tidak ada yang bisa menyontek. Demikian pula, para kepala sekolah dan guru menjadi bertekuk lutut dalam arti sudah tidak bisa lagi menyusun strategi untuk meningkatkan tingkat kelulusan para  siswanya. Padahal. seberat dan serumit apapun  strategi yang dibuat, manakala seseorang  masih  memiliki niat untuk melakukan manipulasi,  ia tidak akan pernah kehabisan akal. Manipulasi itu masih bisa dilakukan oleh mereka yang berkepentingan.
 
Proses-proses pendidikan sebagaimana digambarkan tersebut menunjukkan bahwa  sementara ini apa yang disebut sebagai pendidikan karakter belum kelihatan. Bahkan mungkin, maknanya sendiri masih belum begitu jelas bagi semua pihak. Mestinya, apa saja yang menjadikan para siswa tidak tidak bisa dipercaya,  dan demikian pula halnya terhadap  guru, kepala sekolah dan lain-lain, harus dihentikan. Kepala sekolah, guru harus dipercaya sepenuhnya oleh semuanya, termasuk oleh pemerintah.
 
Di lembaga pendidikan  tidak boleh ada praktek-praktek manipulasi, kebohongan dan kepalsuan. Sebab karakter yang paling buruk adalah berbentuk  kebohongan dan sejenisnya itu. Di lembaga pendidikan  pada level apa pun  harus dikembangkan suasana saling percaya mempercayai, saling menghargai, mencintai,  dan saling bekerjasama untuk membangun kehidupan bersama. Manakala hal-hal tersebut  itu tidak dikembangkan maka pendidikan karakter tidak akan berhasil, apalagi berada  di tengah-tengah  lingkungan masyarakat yang  memiliki problem  karakter. Wallahu  a’lam.
http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=3539:pendidikan-karakter-di-tengah-problem-karakter&catid=25:artikel-rektor


Teori Rekonstruksi by: Ame Suzako

No comments:

Post a Comment