Chart Live

Miliarder Shi dan Suntech

Kabar bangkrutnya produsen sel surya terbesar di dunia, Suntech Power Holdings Ltd, membuat sosok Shi Zhengrong menjadi perhatian dunia. Pemilik Suntech ini adalah salah satu sosok pebisnis ulet yang yakin akan prospek bisnis energi terbarukan di masa mendatang, meski akhirnya harus tumbang.
Shi lahir di Wuxi, Provinsi Jiangsu Cina pada 1963. Dia, bersama dua kakak dan satu saudara kembarnya, lahir di tengah keluarga petani miskin. Lantaran melarat dan dijerat kelaparan, Shi diserahkan pada satu keluarga kelas menengah untuk diadopsi.
Beruntung, Shi termasuk anak pintar dan membanggakan. Pada usia 16 tahun, dia lulus sekolah menengah dan diterima di Universitas Changcun di Manchuria. Karena lulus dengan nilai memuaskan, orang tua kandung dan keluarga adopsinya diberi penghargaan dan dijamu dalam makan malam kehormatan oleh guru-guru dan pengelola sekolahnya.
Di tempat kuliahnya, Shi mendalami ilmu fisika. Karena berprestasi dia lantas mendapat beasiswa untuk mengambil gelar master di Shanghai Institute of Optics and Fine Mechanics. Di tempat inilah Shi mendapat gelar doktor dalam bidang energi surya.
Pada 1989, Shi merantau ke Australia dan menjadi periset di University of New South Wales (UNSW) Sydney. Dia disambut baik dan diserahi tugas sebagai periset ilmu tenaga surya. Di negeri kanguru itu, dia kembali meraih gelar doktor dan menjabat deputi direktur riset khusus tenaga surya.
Mendengar salah satu warganya mendulang prestasi, pemerintah Cina pun memanggil Shi pada 2001. Dengan dana US$ 6 juta, dia diminta membuat pabrik sel surya. Inilah momen emas kelahiran Suntech. Dengan dukungan dana dan pasar yang masih sangat lebar, Suntech tumbuh pesat dan bisa melantai di bursa saham Wall Street Amerika Serikat pada 2005.
Shi pun berubah menjadi miliarder. Menurut majalah ekonomi Forbes, pada Maret 2008 dia menjadi orang terkaya di Cina dengan kekayaan pribadi US$ 2,9 miliar. Dengan kekayaan ini, Shi menjadi dermawan ternama yang banyak menuyumbangkan dana untuk pendidikan dan riset.
Sayangnya, di tengah ekspansi, bisnis Suntech malah terpukul. Karena krisis Eropa, penjualan sel surya anjlok. Suntech pun menghadapi pesaing yang siap bertarung dengan harga yang lebih murah. Akhir Maret 2013, Suntech dinyatakan pailit oleh pengadilan lantaran tak bisa membayar utang obligasi US$ 541 juta atau Rp 5,26 triliun.
Apakah Shi dan Suntech bisa bertahan?
Penulis : Peppy Ramadhyaz (id.yahoo.com)

Ame Suzako

No comments:

Post a Comment