Kerucut Cahaya dan Sekilas Mengenai Ruang Minkowski
Mobil Sukri melintasi perempatan Jalan Apel Malang dan Deny berada perempatan yang sama tepat di jalur mobil Sukri (koordinat x, y, dan z-nya
persis sama). Mengapa mobil Sukri dan Deny tidak bertabrakan? Jawabnya
ialah karena Deny berdiri di perempatan kemarin pagi dan mobil Sukri
melintas tadi sore.
Mobil Sukri melintasi perempatan jalan dan di saat yang tepat sama Deny
jongkok di perempatan jalan. Mengapa Mobil Sukri dan Deny tidak
bertabrakan? Jawabnya karena mobil Sukri melintas di perempatan Jalan
Apel Malang dan Deny nongkrongnya di perempatan Jalan Apel Washington
(keduanya bukan perempatan yang sama).
Berdasarkan data GPS, Sukri berada di koordinat 100° 15’ 20’’.3 E dan
-5° 22’ 00’’.0 S, dan Deny juga berada di koordinat 100° 15’ 20’’.3 E
dan -5° 22’ 00’’.0 S pada waktu yang tepat sama. Mengapa Deny dan Sukri
tidak berpapasan? Jawabannya karena Deny berada di halaman dan Sukri
10.000 m di atas permukaan tanah duduk nyaman di kursi pesawat.
Oke, dengan penjabaran di atas kita telah menemukan suatu hal yakni:
kecuali kita hanya bisa bergerak searah dan (nyaris) seragam dalam
waktu, tidak ada perbedaan hakiki antara ruang (x,y,z) dan waktu (t).
Lalu kenapa kita membedakannya? Jadi mari kita gabungkan saja dimensi
waktu ke saudara-saudaranya yang lain, lalu kita buat “ruang”, bukan
satu, dua, atau tiga melainkan empat dimensi.
Jadi, kita sudah bosan menggambarkan posisi benda dalam ruang tiga
dimensi, dan saat ini kita ingin menggambarkan posisi suatu benda dalam
ruang empat dimensi (yakni 3 dimensi spasial dan satu dimensi waktu).
Perhatikanlah saat Anda melempar sebuah kerikil ke atas permukaan air.
Saat kerikil menyentuh permukaan air, timbullah suatu muka gelombang,
lalu beberapa saat kemudian muncul lagi gelombang baru dan demikian
seterusnya sehingga seolah-olah titik jatuhnya batu itu menjadi pabrik
yang memproduksi gelombang-gelombang dengan periode tetap (catatan:
kalimat ini sepertinya panjang sekali). Kurang lebih gambarnya seperti
di bawah ini.
Jika titik jatuhnya batu di x = a dan seekor ikan megap-megap mencari udara di titik x = b (kita kesampingkan sumbu y dan z dengan asumsi kedua titik berada di nilai y dan z yang tepat sama). Jika saat kerikil menyentuh permukaan air kita beri nilai t = 0, maka gelombangnya baru akan diterima oleh ikan saat t
= 3 detik. Jadi informasi mengenai jatuhnya batu datangnya terlambat
dari peristiwa sebenarnya. Seandainyasi ikan buta (ia hanya dapat
menerima rangsang melalui indera peraba), maka saat ikan menyadari “Wah,
ada batu yang jatuh nih” sebenarnya ia menerima isyarat dari peristiwa masa lalu (tiga detik yang lalu).
Nah, sebenarnya demikian pula dengan isyarat cahaya. Cahaya dari
Matahari memerlukan waktu sekitar delapan menit untuk sampai ke Bumi.
Artinya foton yang kita terima ialah foton yang dipancarkan Matahari
delapan menit yang lalu, sehingga Matahari yang kita lihat ini ialah
Matahari delapan menit yang lalu. Kalau seandainya Matahari tiba tiba
meledak, maka kita baru akan menyadarinya delapan menit kemudian. Bahkan
andaikan bila Matahari tiba-tiba raib (jangan tanya saya apa kira-kira
penyebabnya), maka orbit Bumi baru akan terganggu delapan menit
kemudian. Ini terjadi karena menurut TRK, tidak ada isyarat yang bisa
melaju lebih cepat daripada kelajuan cahaya (c), termasuk
gravitasi. Jadi, kalau Anda melihat suatu bintang bersinar terang di
langit, mungkin saja di saat ini bintang itu sudah lenyap, karena cahaya
yang Anda lihat itu adalah cahaya dari puluhan bahkan ratusan tahun
lalu. Sederhananya, kita bukan hanya tak bisa melihat masa depan,
melihat masa kini pun kita tak mampu. Kita hanya dapat melihat masa
lalu!
Gambaran mengenai posisi suatu objek dalam ruang waktu sering dipresentasikan dalam diagram kerucut cahaya(*). Mudahnya, kita mereduksi sumbu x, y, dan z menjadi r untuk alasan penyederhanaan dan menggambarkan diagram r versus t dalam koordinat kartesian.
Perhatikan pada gambar (a), andaikan seorang astronot dalam pesawat luar
angkasa yang beada di dekat Matahari (jangan ditanya nyaman atau
tidak)melihat ke arah Bumi. Dengan teleskop supercanggih ia melihat Pak
Bakir mau memesan kopi di warung kopi. Si astronot belum tahu kopi apa
yang dipesan oleh pak Bakir, tetapi Pak Boker yang duduk di dekat Pak
Bakir telah menyaksikan pak Bakir menyesap kopi dengan nikmatnya. Ini
terjadi karena isyarat cahaya yang membawa informasi
kopi-apa-yang-diminum-Pak-Bakir membutuhkan waktu delapan menit untuk
sampai ke astronot yang tengah kepanasan. Jadi informasi yang keluar
dari suatu sumber pasti mengarah ke masa depan.
Pada gambar (b), seperti yang kita jelaskan sebelumnya, informasi
tentang meledaknya pesawat luar angkasa yang digunakan astronot yang
baru tiba ke Bumi sebenarnya sudah terjadi delapan menit yang lalu. Jadi
informasi yang diterima oleh suatu pengamat pastilah berasal dari masa
lalu. Garis cahaya pada gambar (b) menunjukkan alam semesta yang kita
lihat (alam semesta teramati) karena semua objek yang terlihat pasti
berada pada garis cahaya masa lalu.
Jika kita menggabungkan Bumi sebagai sumber informasi (gambar (a)) dan
Bumi sebagai pengamat (gambar (b)), diperolehlah gambaran lengkap
mengenai lalu-lintas informasi di suatu objek, yang kita sebut kerucut
cahaya.
Dari pemaparan di atas, nampak jelas garis yang membentuk segitga atau
kerucut itu ialah lintasan cahaya. Ingatlah bahwa gradien garis dalam
plot ruang-waktu merepresentasikan kecepatan (dx/dt).
Makin tinggi kecepatan suatu isyarat, maka garisnya akan semakin landai
pada diagram ruang-waktu (lihat gambar). Semenjak tidak ada isyarat yang
bisa bergerak lebih cepat dari kelajuan cahaya, maka lintasan isyarat
yang diperkenankan harus berada di dalam kerucut (daerah time-like ), kecuali cahaya yang bisa berada tepat pada batas kerucut (light-like atau null-like).
Ruang Minkowski
Nah, saya sudah cukup banyak menjelaskan mengenai ruang datar empat
dimensi ini dan juga mengenai kerucut cahaya. Sekarang saya perkenalkan
secara resmi ruang empat dimensi yang dipakai ini bernama ruang
Minkowski (diambil dari nama matematikawan Hermann Minkowski). Jadi
ruang Minkowski ialah ruang datar empat dimensi dengan sumbu-sumbu x, y, z, t yang saling ortogonal.
Untuk mengetahui sifat matematis dari ruang Minkowski, perlu diketahui
elemen garisnya. Terdapat beberapa syarat untuk menentukan elemen garis
dari ruang Minkowski yakni sebagai berikut.
- Semua objek dan peristiwa yang terjadi pada garis cahaya terjadi secara simultan. Karena matahari 8 menit yang lalu dan proxima centaury 4,2 tahun yang lalu terjadi bersamaan (isyaratnya sampai secara bersamaan), maka jaraknya 0. Dengan begitu “jarak” pada garis cahaya = 0.
- Jarak antara dua objek yang selang komponen waktunya nol, Δt = dt
= 0, maka elemen garisnya haruslah tereduksi menjadi elemen garis dalam
ruang euklides, yang bila dinyatakan dalam koordinat kartesian ialah
Penting untuk diketahui yang dimaksud jarak di sini tidak persis sama
dengan definisi jarak yang secara umum dipahami. Berdasarkan kedua
syarat di atas, dapat diperoleh dua kemungkinan elemen garis dari ruang
Minkowski yakni
atau
Di mana dr ialah elemen garis dalam ruang Euclid, dr2 = dx2 + dy2 + dz2 dan suku kelajuan cahaya (c) dibubuhkan untuk kesetaraan dimensi dalam sistem SI. Meskipun demikian sering dinyatakan c = 1, sehingga c2dt2 = dt2 dan memang sepatutnya tidak ada perbedaan (dalam penulisan berikutnya saya menganggap c
= 1). Kedua hasil di atas pada intinya sama saja, dan keduanya
sama-sama sering dipakai ([+ - - -] dan [– + + +]). Jika menggunakan
ketentuan ke-1, elemen garis dalam ruang Minkowski dapat ditulis lengkap
menjadi:
Definisi koefisien tiap-tiap komponen sumbu dalam elemen garis ialah
,
Dan gμν dengan μ ≠ ν sama dengan nol, serta x0 = t, x1 = x, x2 = y, dan x3 = z (**).
Koefisien-koefisien ini dapat ditulis dalam bentuk matriks, yakni
Yang disebut sebagai tensor metrik. Tensor metrik tidak lain ialah representasi matematis (dalam bentuk tensor – matriks) dari suatu sistem ruang.
Keterangan:
(*) jika diproyeksikan dalam dua dimensi akan nampak berupa segitiga.
(**) angka-angka itu ialah indeks yang dituliskan di atas, bukan pangkat.
Bibliografi
http://paradoks77.blogspot.com/2012/10/kerucut-cahaya-dan-sekilas-mengenai.html
Astiina, by: Amie Suzako
No comments:
Post a Comment